Kepemimpinan kritis


Memimpin kelompok, organisasi, perusahaan, apalagi negara memang tidaklah gampang. Tapi, tidak pula susah. Disebut memimpin berarti ada yang dipimpin. Ada mitra kerja(atau bisa disebut bawahan) yang akan menggalang kebersamaan untuk mencapai tujuan yang telah disepakati.

Jabatan pemimpin adalah sebuah amanah. Apalagi jika yang dipimpinnya adalah organisasi dakwah yang punya cita- cita adi luhur, yakni berupaya melanjutkan kehidupan Islam. Adalah amanah, maka seorang pemimpin tidak berhak menjadikan organisasi yang dipimpinnya sebagai hak milik pribadi, sehingga merasa perlu dan wajib (menurut ukuran diri sendiri) untuk memperlakukan organisasi tersebut sesuai kehendaknya, atau merasa berhak mengorbankan bawahan dengan berlindung atas nama penyelamatan organisasi.

Menjadi pemimpin bukan berarti antikritik. Bukan pula harus merasa benar sendiri . sehingga dalam kepemimpinan berlaku: 1). Pemimpin tak pernah salah. 2). Jika pemimpin bersalah, kembali kepada pernyataan pertama. Tentu ini sangat menggelikan dan sungguh merupakan kepemimpinan yang ‘kritis’.

Kepemimpinan yang baik memang bukan berarti tanpa cela. Sebagaimana halnya manusia yang bertaqwa bukanlah yang selalu benar dalam menjalani kehidupannya, tapi manusia yang bertaqwa adalah ketika ia berbuat salah, segera bertaubat. Itu artinya, pemimpin yang baik bukan berarti selalu benar, apalagi merasa benar sendiri. Maka, mendengarkan masukan dari bawahan, adalahhal yang sangat dianjurkan. Karena apa? Karena pemimpin tidak akan selalu benar. Masih ada celah untuk lupa, termasuk berbuat maksiat. Jadi, ada baiknya mendengarkan masukan ,saran, bahkan mungkin juga keluhan dan harapan dari bawahan.

Rosulullah saw bersabda: “Ambillah hikmah yang kamu dengar dari siapa saja, sebab hikmah terkadang diucapkan bukan oleh orang yang bijak. Bukanlah ada lemparan yang mengenai sasarantanpa disengaja?” (HR al-Askari)

Imam Ali bin Abi Thalib perna berkata,”Siapa yang paling baik mendengarkan, dia akan cepat mendapatkan manfaat”. Beliau juga pernah mengimgatkan kita untuk menyimak “isi” pembicaraan dan bukan “siapa” yang berbicara. “Perhatikanlah apa yang dikatakan, dan bukan siapa!”

Jika sebagai pemimpin menginginkan ketaatan yang kritis(cerdas) dari bawahannya, bukan ketaatan yang ‘kritis’ (mengkhawatirkan), maka tentunya harus memberikan teladan yang baik kepada bawahannya. Bagaimanapun juga, pemimpinlah yang seharusnya dan punya kewajiban memberikan teladahan, karena seorang pemimpin lebih mungkin untuk didengar dan dipercayai. Lagipula, bagaimana mungkin diangkat dan dipilih menjadi pemimpin jika tidak bisa dijadikan teladan. Seseorang yang memimpin pasti ummnya lebih baik dari orang kebanyakan. Lebih baik semangatnya, lebih baik ilmunya, lebih baik kesabarannya, lebih baik segalanya.

7 komentar:

  1. Jadilah pemimpin yang selalu diridhoi oleh ALLAH swt..
    amin...

    BalasHapus
  2. itu dari sisi pemimpinnya, bagaimana jika dilihat dari yang dipimpin? sudahkah kita kritis?

    BalasHapus
  3. Bener

    sebenarnya pemimpin yang sebernarnya itu adalah seorang pelayan.

    right or wrong are wrong if you are a leader

    BalasHapus
  4. memang setiap pemimpin di minta pertanggung jawabannya... yang tidak hanya di dunia saja...

    BalasHapus
  5. @ mas hanung
    kritis yyy mas???????? the other view...
    trims...

    BalasHapus
  6. @ Ini Gue
    pelayan???????
    so, hargai pemimpin2 kita ^_^

    BalasHapus
  7. @ qolbujadin
    yupzzzz
    begitu besar tanggung jwbnya...
    do the best...

    BalasHapus