SEWAJARNYA ....


Marilah kita menyimak satu nasihat dari para ulama bagaimana bersikap kita bersikap kepada sesama. Cintailah orang yang kamu cintai sewajarnya, karena bisa saja ia menjadi musuhmu suatu saat, dan bencilah musuhmu sewajarnya, karena bisa saja suatu ketika ia menjadi orang yang kamu cintai.”

Seringkali kita begitu dekat dengan seseorang secara berlebihan. Demikian berlebihannya sampai ada orang yang memuja orang yang ia kasihi. Mengagungkannya seolah ia tak akan pernah bisa berubah dan tak pernah salah.

Begitu juga tak jarang kebencian pada seseorang terjadi secara berlebihan. Seolah orang yang dibenci itu tak bisa berubah dan tak ada kebaikan yang melekat padanya meski sekedar sebutir debu.

Sikap yang terbaik pada sesama adalah sewajarnya. Islam mengajarkan kita untuk bersikap tak berlebihan dalam segala hal. Agama ini adalah agama yang pertengahan; meminta tidak kurang juga tidak lebih. Termasuk dalam soal mencintai dan membenci seseorang.

Mengapa kita tidak boleh mencintai seseorang secara berlebihan? Salah satu alasannya adalah agar kita bisa bersikap adil. Orang yang sudah berlebihan dalam benci dan cinta sulit untuk bersikap adil. Ia sudah punya pandangan tersendiri padaorang yang dicintai dan dan dicintainya secara berlebihan. Misalnya, jika orang yang dicintainya (secara berlebihan) berbuat salah ia akan seperti orang buta. Pura- pura tidak melihat kesalahan orang yang dicintainya, bahkan tak mengakui itu sebuah kesalahan. Love is blind, kata orang. 

Sebaliknya, jika orang yang dibencinya berbuat kebaikan, ia juga sulit untuk menerimanya, atau berpura- pura tidak mengetahuinya. Di matanya, kebaikan yang dikerjakan orang yang dibencinya tetap sebagai kesalahan. Padahal Allah Swt. Meminta kita untuk bersikap adil dalam menilai orang lai. “ Hai orang- orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang- orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali- kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adilah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS al- Maidah [5] : 8).

Alasan lain mengapa kita harus bersikap sewajarnya dalam cinta atau benci, adalah karena kita tidak akan pernah tahu perubahan seseorang. Bisa jadi orang yang kita cintai, yang kita puja, yang kita kagumi, ternyata menjadi musuh. Sedangkan seorang musuh juga bisa menjadi seorang kekasih. Umar bin Khattab yang awalnya demikian membenci Islam, kaum muslimin, dan Nabi Muhammad saw, berubah menjadi seorang pembela sejati Islam.

Maka, cintailah dan bencilah seseorang sewajarnya. Agar kita kelak bisa menerima kenyataan bahwa orang yang kita cintai ternyata berbalik arah menjadi musuh kita. Atau orang yang kita benci ternyata kemudian bisa menjadi teman bicara yang menyenangkan dan bisa mendukung kita. Jadi, yang wajar- wajar saja. Hanya Allah dan RosulNya yang pantas dicintai sepenuh hati, mengalahkan segala yang ada di dunia ini.


10 komentar: