BERTEMAN DENGAN KEMATIAN

Catatan Gadis Lupus


Judul Buku : Berteman Dengan Kematian : Catatan Gadis Lupus

Penulis : Sinta Ridwan

Penerbit : Ombak, 2010
Perpustakaan Nasional : Katalog dalam Terbitan (KDT)
Tebal : xvi + 363 halaman ; 13 × 19 cm
ISBN : 978-602-8335-45-4

Sinopsis :
Tak pernah ia duga sebelumnya jika lupus mengunjungi tubuhnya! Tak kalah dengan HIV/AIDS, penyakit ini belum ada obatnya. Lupus menbuat tubuhnya melemah dari hari ke hari. Saat mengetahui dirinya menghidap lupus, yang terbayang di benaknya adalah kematian yang terus tersenyum dan seakan melambaikan tangan di depan. Baginya kematian bukanlah sesuatu yang menakutkan, tetapi serupa teman akrab yang di ajaknya berbincang dan berteman sehari-hari. Justru pada saat itu, Sinta yang berasal dari keluarga broken home dan membiayain hidup dan kuliahnya sendiri selepas SMU mampu memberikan makna lebih pada hidupnya. Ia menemukan kekasihnya, menanggung biaya kuliah adiknya, dan memberikan senyum dan semangat pada orang-orang di sekitarnya, terutama penderita seperti dirinya, bahwa hidup harus di syukuri, bahwa hidup harus dihidupi. Sebab pada akhirnya, menghidupi hidup adalah obat sesungguhnya dari setiap makhluk di dunia.

Pelajaran:
Apa yang ditulis Sinta, tercermin bahwa betapa tegarnya wanita ini. Kisah nyata ini memang asyik disimak untuk mengetahui ketegaran seorang wanita yang istimewa. Disebut istimewa, karena Sinta memiliki penyakit lupus yang membuat ia kreatif, hidup, dan tentu saja mengagumkan. Dan penyakit itu justru membuat Sinta tampak tegar. Penyakit itu membuat ia sadar, bahwa Dewa Kematian selalu tersenyum, melambaikan tangan di depannya. Karena itu pula, Sinta ingin memberi makna hidup ini agar lebih berarti. Mumpung masih hidup, Sinta ingin berbuat sesuatu yang berguna dan penuh makna. Itu bisa ia buktikan, terbukti ia berhasil merogoh mutiara hidup dalam penderitaannya. Sinta yang lahir dari keluarga broken home dapat membiayai hidup dan kuliahnya sendiri. Bahkan ia menanggung kuliah adiknya, dan justru memberikan semangat hidup buat orang-orang di sekelilingnya. Jangankan orang sakit, orang sehatpun jarang seperti itu. Ia memiliki kepedulian yang tinggi pada kehidupan sekelilingnya, yang sering tidak dimiliki oleh orang yang "sehat" dan kaya bergelimang uang. Sinta, sebuah nama yang sama dengan istri Rama dalam epos Ramayana, sudah sepatutnya diacungi jempol dan dinobatkan sebagai wanita teladan.

12 komentar:

  1. MArilah kita mensyukuri kesehatan yang kita miliki.... manfaatkan segala karunia Allah yang diberikan kepada kita

    BalasHapus
  2. Memang benar,,,, begitu tegar nya penulis buku ini......

    BalasHapus
  3. @mb' Rahmi
    Semoga kita bisa menjadi setegar penulis mb...

    BalasHapus
  4. pie carane BERTEMAN dengan KEMATIAN ???
    awak'e kudu mati kek nuwh ???

    BalasHapus
  5. Lupus,..... perjuangan seorang dengan penyakit ganas ini...

    BalasHapus
  6. @ chaka...
    piye toh caka iki.... kan mang wajar klo mang harus sllu ingat dengan kematian... supaya kita selalu ingat klo hidup di dunia ini hanya sekejap

    BalasHapus
  7. @ bang jay....
    iya bang semoga secepatnya bisa ditemukan obat penyakit lupus >>>>

    BalasHapus
  8. @ qolbujadin
    hhhhh serem ya nda....
    kok bs??????
    hhhhhaaaa

    BalasHapus
  9. saya sebagai penderita lupus bisa hidup normal seperti orang lain kepada penderita lupus ada obat yg bisa melawan penyakit itu dokter saya memberikan obat ini ( plaquenil ) . saya selalu berpikir bahwa kematian itu allah sudah tentukan

    BalasHapus